Thailand Catat 69 Kematian karena COVID-19: Siapa Saja yang Paling Terancam?

Thailand Catat 69 Kematian – Thailand kembali diguncang oleh kabar mengkhawatirkan: dalam beberapa pekan terakhir, tercatat 69 kematian akibat COVID-19. Ya, di saat dunia mulai merasa “lega” dan kembali menjalani hidup normal, kenyataan pahit ini menyadarkan kita bahwa virus ini belum benar-benar pergi. Bahkan, kematian terus terjadi—senyap, tapi mengintai.

Apa yang lebih mencengangkan, sebagian besar korban bukan hanya lansia, tapi juga berasal dari kelompok rentan lain yang sering kali luput dari perhatian. Data ini bukan hanya angka—ini adalah peringatan keras bahwa kita sedang menghadapi ancaman yang masih nyata dan terus berevolusi.

Kelompok Rentan: Lebih dari Sekadar Usia Tua

Laporan dari Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mengungkapkan bahwa dari 69 kematian tersebut, mayoritas berasal dari kelompok usia lanjut, yaitu mereka yang berusia di atas 60 tahun. Tapi jangan salah, bukan hanya faktor usia yang mematikan. Mereka yang memiliki komorbiditas—penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, gangguan jantung, atau penyakit paru kronis—ikut masuk dalam daftar kelompok paling rentan.

Baca juga: https://riauexpress.com/

Lebih mencengangkan lagi, beberapa korban adalah pasien muda yang ternyata memiliki sistem imun lemah. Artinya, bukan hanya orang tua yang harus waspada. COVID-19 membunuh dengan cara yang tidak selalu terlihat jelas di permukaan. Kadang ia menyerang diam-diam, dalam tubuh yang tampak sehat, tapi ternyata rapuh di dalam.

Rendahnya Imunisasi, Bumerang Mematikan

Thailand memang pernah menjadi salah satu negara yang sukses menekan kasus COVID-19 di awal pandemi. Tapi keberhasilan itu mulai tergerus. Tingkat vaksinasi booster yang rendah menjadi bumerang. Banyak warga, terutama di pedesaan atau wilayah terpencil, belum menerima dosis tambahan. Mereka merasa sudah aman setelah dua dosis pertama. Padahal, efektivitas vaksin terhadap varian baru terus menurun seiring waktu.

Ini adalah kesalahan fatal. Virus tidak menunggu. Ia bermutasi, berubah rupa, dan menyerang saat kita lengah. Varian baru seperti JN.1 di laporkan menjadi penyebab utama lonjakan kasus kali ini. Gejala awalnya ringan—seperti flu biasa—tapi jangan terkecoh. Virus ini bisa berubah ganas hanya dalam hitungan hari, terutama jika sudah masuk ke tubuh yang lemah.

Kenapa Kita Masih Menganggap Enteng?

Pertanyaan terbesar: mengapa banyak orang masih mengabaikan ancaman ini? Rasa aman palsu, lelah pandemi, hingga penyebaran informasi keliru jadi faktor utama. Banyak masyarakat berpikir COVID-19 kini hanya seperti pilek biasa. Sayangnya, statistik berkata lain. Angka kematian meningkat. Rumah sakit kembali penuh. Bahkan, krematorium di beberapa provinsi Thailand di laporkan kembali aktif selama 24 jam.

Mereka yang tidak lagi memakai masker, menolak vaksin booster, atau dengan santainya berkumpul tanpa protokol kesehatan, secara tak langsung sedang berjudi dengan nyawa mereka sendiri—dan orang-orang di sekitarnya.

Apa yang Harus Dilakukan?

Kita tidak bisa terus menutup mata. Wabah ini bukan sekadar data. Ia adalah kenyataan yang menewaskan puluhan orang dalam waktu singkat. Pemerintah Thailand saat ini sudah memperketat pengawasan, menyarankan kembali penggunaan masker di tempat umum, dan mendorong vaksinasi ulang, terutama bagi kelompok rentan.

Tapi perlawanan tak bisa hanya datang dari atas. Setiap individu punya tanggung jawab melindungi dirinya sendiri dan orang lain. Jangan tunggu sampai keluarga kita jadi angka berikutnya dalam statistik kematian. COVID-19 belum usai. Jangan jadi korban berikutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version