10 Makanan yang Paling Cepat Naikkan Kolesterol Saat Idul Adha

10 Makanan – Idul Adha, atau yang sering disebut dengan Hari Raya Haji, adalah momen yang sangat di nantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia. Selain menjadi hari yang penuh berkah dan kebahagiaan, Idul Adha juga identik dengan tradisi menyembelih hewan kurban yang menghasilkan berbagai macam hidangan lezat. Namun, tahukah kamu? Banyak makanan khas Idul Adha yang bisa meningkatkan kolesterol dengan cepat. Jadi, sebelum kamu tergoda untuk melahap semuanya, simak baik-baik daftar makanan berikut yang bisa membahayakan kesehatanmu!

1. Sate Kambing

Makanan yang satu ini pasti sangat populer saat Idul Adha. Daging kambing yang di bakar dengan bumbu kacang atau kecap memiliki rasa yang menggoda. Tapi, jangan salah! Daging kambing mengandung lemak jenuh tinggi yang bisa meningkatkan kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dalam darah. Apalagi jika kamu menyantapnya bersama nasi putih, efeknya bisa semakin buruk.

2. Tongseng Kambing

Siapa yang bisa menahan godaan tongseng kambing yang kaya rempah dan gurih ini? Namun, jangan terlalu sering menyantapnya! Kuah santan yang kental dalam tongseng kambing bisa mengandung lemak jenuh yang tinggi, yang berkontribusi pada peningkatan kolesterol dalam tubuh.

3. Gule Kambing

Sama halnya dengan tongseng, gule kambing menggunakan santan dalam pembuatannya. Daging kambing yang di rebus dalam kuah santan yang kental menyumbang banyak lemak, yang jika di konsumsi berlebihan, bisa meningkatkan kadar kolesterol secara signifikan. Makanan ini mungkin enak, tapi tidak baik untuk kesehatan jantung.

4. Rendang

Rendang memang tak pernah absen di meja makan saat Idul Adha. Daging sapi yang di masak dengan santan dan bumbu rempah ini memikat lidah banyak orang. Namun, santan kental yang di gunakan dalam rendang mengandung lemak jenuh yang bisa menaikkan kolesterol secara drastis. Jika kamu tidak berhati-hati, satu porsi rendang bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatanmu.

5. Kepala Sapi

Kepala sapi yang di masak dengan berbagai rempah kaya akan rasa gurih. Namun, kepala sapi juga merupakan bagian yang memiliki banyak lemak dan kaldu, yang dapat meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah. Walaupun enak, ini adalah salah satu makanan yang harus kamu konsumsi dengan hati-hati!

Baca juga: https://riauexpress.com/

6. Daging Panggang (Grill)

Menyantap daging kambing atau sapi panggang saat Idul Adha memang sangat menggugah selera. Namun, proses pemanggangan dapat menambah kandungan lemak pada daging, dan lemak yang ada di dalamnya bisa memperburuk kadar kolesterol dalam tubuh. Jika sudah terbiasa dengan daging panggang ini, maka kamu harus benar-benar memperhatikan porsi dan frekuensinya.

7. Nasi Kebuli

Nasi kebuli yang kaya akan bumbu dan santan juga bisa menjadi pemicu naiknya kolesterol. Santan yang di gunakan dalam nasi kebuli memiliki kandungan lemak yang sangat tinggi. Apalagi jika nasi kebuli di sajikan dengan daging kambing atau sapi, maka risiko kolesterol meningkat dua kali lipat!

8. Sop Kambing

Sop kambing memang terasa segar di lidah, apalagi di cuaca yang panas. Tapi jangan terlena! Kuah sop kambing yang kental, terutama jika mengandung santan atau kaldu kambing, bisa meningkatkan kadar kolesterol tubuh. Meski lebih ringan di bandingkan makanan berlemak lainnya, tetap saja, konsumsi berlebihan berbahaya bagi kesehatan jantungmu.

9. Martabak Daging

Martabak daging yang menggunakan daging cincang, telur, dan minyak yang banyak dalam pembuatannya, menjadi camilan lezat yang sulit untuk di lewatkan. Namun, banyaknya lemak dari minyak dan daging yang di gunakan dalam martabak bisa dengan cepat menaikkan kolesterol jahat di tubuh. Terlebih lagi, rasa martabak yang gurih akan membuat kamu ingin terus menambah porsinya.

10. Bakso

Makanan yang satu ini memang menjadi favorit banyak orang, terutama saat Idul Adha. Namun, bakso yang di buat dari campuran daging sapi dan lemak sapi memiliki kandungan kolesterol yang cukup tinggi. Di tambah dengan kuah kaldu yang kaya akan lemak, bakso bisa menjadi salah satu penyebab kolesterol naik dengan cepat. Jika ingin menikmati bakso, pastikan untuk memilih bakso yang terbuat dari daging dengan sedikit lemak.

Jangan Terlalu Hanya Fokus Pada Kelezatan, Perhatikan Juga Kesehatanmu!

Pada saat Idul Adha, banyak orang tergoda untuk menikmati makanan-makanan lezat yang disajikan. Namun, penting untuk diingat bahwa konsumsi berlebihan dari makanan-makanan yang tinggi lemak jenuh, seperti yang disebutkan di atas, dapat dengan cepat menaikkan kolesterol dalam tubuh dan meningkatkan risiko penyakit jantung. Jangan sampai kenikmatan sesaat mengorbankan kesehatan jangka panjangmu. Tetap nikmati hidangan khas Idul Adha, namun pastikan untuk menjaga porsi dan memilih dengan bijak agar kesehatan tetap terjaga!

Thailand Catat 69 Kematian karena COVID-19: Siapa Saja yang Paling Terancam?

Thailand Catat 69 Kematian – Thailand kembali diguncang oleh kabar mengkhawatirkan: dalam beberapa pekan terakhir, tercatat 69 kematian akibat COVID-19. Ya, di saat dunia mulai merasa “lega” dan kembali menjalani hidup normal, kenyataan pahit ini menyadarkan kita bahwa virus ini belum benar-benar pergi. Bahkan, kematian terus terjadi—senyap, tapi mengintai.

Apa yang lebih mencengangkan, sebagian besar korban bukan hanya lansia, tapi juga berasal dari kelompok rentan lain yang sering kali luput dari perhatian. Data ini bukan hanya angka—ini adalah peringatan keras bahwa kita sedang menghadapi ancaman yang masih nyata dan terus berevolusi.

Kelompok Rentan: Lebih dari Sekadar Usia Tua

Laporan dari Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand mengungkapkan bahwa dari 69 kematian tersebut, mayoritas berasal dari kelompok usia lanjut, yaitu mereka yang berusia di atas 60 tahun. Tapi jangan salah, bukan hanya faktor usia yang mematikan. Mereka yang memiliki komorbiditas—penyakit penyerta seperti diabetes, hipertensi, gangguan jantung, atau penyakit paru kronis—ikut masuk dalam daftar kelompok paling rentan.

Baca juga: https://riauexpress.com/

Lebih mencengangkan lagi, beberapa korban adalah pasien muda yang ternyata memiliki sistem imun lemah. Artinya, bukan hanya orang tua yang harus waspada. COVID-19 membunuh dengan cara yang tidak selalu terlihat jelas di permukaan. Kadang ia menyerang diam-diam, dalam tubuh yang tampak sehat, tapi ternyata rapuh di dalam.

Rendahnya Imunisasi, Bumerang Mematikan

Thailand memang pernah menjadi salah satu negara yang sukses menekan kasus COVID-19 di awal pandemi. Tapi keberhasilan itu mulai tergerus. Tingkat vaksinasi booster yang rendah menjadi bumerang. Banyak warga, terutama di pedesaan atau wilayah terpencil, belum menerima dosis tambahan. Mereka merasa sudah aman setelah dua dosis pertama. Padahal, efektivitas vaksin terhadap varian baru terus menurun seiring waktu.

Ini adalah kesalahan fatal. Virus tidak menunggu. Ia bermutasi, berubah rupa, dan menyerang saat kita lengah. Varian baru seperti JN.1 di laporkan menjadi penyebab utama lonjakan kasus kali ini. Gejala awalnya ringan—seperti flu biasa—tapi jangan terkecoh. Virus ini bisa berubah ganas hanya dalam hitungan hari, terutama jika sudah masuk ke tubuh yang lemah.

Kenapa Kita Masih Menganggap Enteng?

Pertanyaan terbesar: mengapa banyak orang masih mengabaikan ancaman ini? Rasa aman palsu, lelah pandemi, hingga penyebaran informasi keliru jadi faktor utama. Banyak masyarakat berpikir COVID-19 kini hanya seperti pilek biasa. Sayangnya, statistik berkata lain. Angka kematian meningkat. Rumah sakit kembali penuh. Bahkan, krematorium di beberapa provinsi Thailand di laporkan kembali aktif selama 24 jam.

Mereka yang tidak lagi memakai masker, menolak vaksin booster, atau dengan santainya berkumpul tanpa protokol kesehatan, secara tak langsung sedang berjudi dengan nyawa mereka sendiri—dan orang-orang di sekitarnya.

Apa yang Harus Dilakukan?

Kita tidak bisa terus menutup mata. Wabah ini bukan sekadar data. Ia adalah kenyataan yang menewaskan puluhan orang dalam waktu singkat. Pemerintah Thailand saat ini sudah memperketat pengawasan, menyarankan kembali penggunaan masker di tempat umum, dan mendorong vaksinasi ulang, terutama bagi kelompok rentan.

Tapi perlawanan tak bisa hanya datang dari atas. Setiap individu punya tanggung jawab melindungi dirinya sendiri dan orang lain. Jangan tunggu sampai keluarga kita jadi angka berikutnya dalam statistik kematian. COVID-19 belum usai. Jangan jadi korban berikutnya.

Inovasi Teknologi pada Pencegahan Penyakit Jantung Usia Muda

Inovasi Teknologi – Penyakit jantung tak lagi menjadi momok eksklusif bagi mereka yang menua. Fakta mencengangkan: angka penderita penyakit jantung di usia muda terus meningkat, bahkan pada mereka yang masih aktif secara fisik dan tampak sehat. Banyak yang tidak sadar bahwa tubuh mereka telah menjadi ladang subur bagi kolesterol, hipertensi, dan stres kronis yang tak terdeteksi. Ini bukan hanya akibat pola makan buruk atau minimnya olahraga, tapi juga karena pendekatan kesehatan yang terlalu reaktif dan lambat merespons sinyal tubuh.

Teknologi Menjadi Perisai Baru

Di tengah krisis kesehatan ini, muncul gelombang inovasi teknologi yang diam-diam mengubah arah permainan. Teknologi wearable seperti smartwatch bukan hanya untuk gaya hidup—mereka kini menjadi alat pemantau jantung yang canggih https://riauexpress.com/. Fitur deteksi detak jantung tidak normal, EKG miniatur, dan pengukur kadar oksigen darah secara real-time bukan lagi mimpi fiksi ilmiah. Alat ini bisa mendeteksi potensi aritmia atau kondisi jantung tak stabil sebelum seseorang merasakannya secara fisik. Deteksi dini berarti pencegahan. Dan pencegahan, dalam dunia kardiologi, bisa berarti hidup atau mati.

Kecerdasan Buatan dalam Diagnosa Dini

Lebih jauh lagi, AI (kecerdasan buatan) kini di latih untuk membaca hasil EKG, MRI, bahkan data harian dari alat pemantau kesehatan digital. Dengan kecepatan dan akurasi yang nyaris sempurna, algoritma ini bisa mendeteksi tanda-tanda penyakit jantung jauh lebih awal di bandingkan dokter manusia. Aplikasi berbasis AI sudah mulai di terapkan dalam klinik-klinik modern untuk menilai risiko penyakit jantung berdasarkan gaya hidup, riwayat keluarga, dan indikator biologis real-time. Ini bukan hanya efisiensi, tapi sebuah revolusi dalam kedokteran preventif.

Nutrisi dan Gaya Hidup yang Di personalisasi

Aplikasi kesehatan kini tak lagi sebatas pelacak kalori. Dengan bantuan machine learning dan data genetika, beberapa platform kini mampu merekomendasikan pola makan dan olahraga spesifik yang di sesuaikan dengan risiko jantung masing-masing individu. Tidak ada lagi pendekatan generik—ini era personalisasi total. Bahkan, ada startup yang menyediakan tes DNA di rumah untuk mengungkap predisposisi genetik terhadap penyakit jantung dan menyarankan tindakan pencegahan konkret.

Jangan Tunda Sampai Terlambat

Kita hidup di masa ketika teknologi memungkinkan manusia mengetahui kapan jantung mereka dalam bahaya, bahkan sebelum dokter bisa menyadarinya. Namun, pertanyaannya: apakah kita benar-benar memanfaatkannya? Penyakit jantung usia muda bukan lagi misteri yang datang tiba-tiba. Ia memperlihatkan tanda, memberi peringatan, dan kini—berkat inovasi—bisa di cegah. Tapi semua akan sia-sia jika kita memilih untuk menunggu, alih-alih bertindak.